Arsip Blog

21 Juni 2015



Photography for Humanity adalah sebuah nama yang tercetus dalam kesempatan obrolan ringan dikantin pelataran parkir gedung Mandiri Plaza Jakarta bersama sahabat saya Ali J Gunawan dan Rullie Ariffin di pertengahan Mei 2015. 

Ada kesamaan kerangka berfikir yang membangkitkan semangat kami bertiga untuk terus maju diantaranya adalah (1) Banyak fotografer yang memiliki foto-foto bernilai tinggi (2) Banyak fotografer yang ingin berbagi lewat karyanya serta (3) Banyak orang baik yang ingin menyisihkan sebagian  hartanya untuk kemanusiaan.

Pemikiran tersebut terus menggelinding dan mulai mengkrucut pada satu ide yang dimulai dari hal yang sedang menjadi trending topic, yaitu kejadian bencana Alam di Nepal.
dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami putuskan untuk bergerak di Jakarta, dimana kebetulan juga kami bertiga tinggal di Jakarta






Ada sederetan pertimbangan, mengapa Nepal menjadi satu pilihan untuk memulai gerakan moril bagi kalangan fotografer antara lain adalah :


  1. Deretan pegunungan Everest dan nepal pada khususnya merupakan salah satu tempat terindah didunia, yang menjadi idaman bagi banyak kalangan fotografer di Indonesia untuk berburu obyek fotografi di tempat itu.
  2. Saat ini Nepal sedang menghadapi bencana alam yang sangat membutuhkan uluran tangan kemanusian dati berbagai pihak diseluruh dunia.
  3. Banyak sekali karya fotografi dengan berbagai tema yang diperoleh  fotografer Indonesia ketika bertandang ke wilayah Nepal dan sekitarnya
  4. Telah terbangun hubungan baik antara Pemerintah / NGO Nepal dengan salah satu fotografer Indonesia (Rullie Arifin ) dalam menyumbangkan karya fotografi dalam bentuk buku untuk membantu membangkitkan minat kepariwisataan di wilayah tersebut, tepatnya sebelum kejadian bencana alam menimpa Nepal.
  5. Ada apresiasi dan sambutan positif dari banyak kalangan fotografer akan ide tersebut yang dijewantahkan lewat berbagai dukungan karya fotografi yang disumbangkan.

Dengan kemasan sedemikian rupa, akhirnya ide tersebut terus meringsek menjadi sebuah gelaran acara yang pada akhirnya mendapatkan dukungan penuh dari berbagai pihak yang memiliki kepedulian sama terhadap berbagai aksi kemanusian yang digagas lewat karya seni ; fotografi.





Hingga pada suatu akhir yang mengawali semuanya, kami ber enam dari kanan ke kiri ( saya, om Fendi Siregar, Rullie Arifin, Ali J Gunawan, om Arbain Rambei dan teteh Inong). memutuskan bahwa acara Photography for Humanity - Help Nepal, Layak untuk di kibarkan.  BRAVO

14 November 2014

TIDAK HARUS MELULU CERITA TEMPUR


Prajurit TNI, apapun dan dimanapun markasnya, mereka adalah simbol kedigdayaan bangsa ini.  Semakin kita mampu memotret segala sepak terjangnya yang menyiratkan sebuah ketangguhan, sesungguhnya tanpa kita sadari, kita sedang ingin menyampaikan cerita tentang kebanggan menjadi warga sebuah negara yang tidak mlempem.

Frame berfikir seperti di atas semestinya sah sah saja, namun batasan itu seringkali membelenggu kreatifitas fotografer dalam berburu foto di lapangan.terutama ketika tidak semua atraksi ketangguhan militer dapat disajikan secara keseluruhan dalam sebuah momen.  

Ada beberapa trik yang saya lakukan saat berburu foto di kandang Prajurit TNI, salah satunya adalah dengan membuang batasan-batasan diatas , dan berfikir bahwa seluruh ornamen  yang berkenaan dengan keprajuritan adalah simbol sebuah ketangguhan, termasuk dari sudut pandang humanisme.


Frame photo seperti di atas, terlihat sungguh lengkap, di potret dengan Infra Merah, low angle pada komposisi yang menyiratkan ada basecamp pertahanan ( disimbolkan dengan menara), dan regu pasukan yang siap bertempur (lokasi : lapangan keprajuritan Batalyon Infanteri 203).





Masih dengan cerita serupa, kesigapan tempur prajurit yang di eksekusi lebih close-up. mengemban tujuannya yang  sama dalam  menyajikan foto cerita tangguh prajurit TNI (lokasi : markas Batalyon 203)


Memasukkan unsur lain sebagai background (seperti monas) maupun bagian komposisi lainnya, menjadi sebuah unsur penting , ketika kita ingin bercerita tentang sepak terjang Pasukan TNI yang bermarkas di sekitar wilayah perkotaan, dengan tugas utama pengamanan wilayah ibukota ( lokasi : Pengamanan Ring Istana Negara pada Momen Sidang Umum MPR ).





Segala trik pemotretan tidak lupa saya aplikasikan dalam menangkap momen cerita. sudut tembak untuk menciptakan sillhouette, seringkali mampu menyajikan cerita menarik.










Kekompakan gerak, seragam tempur, sepatu tempur juga senjata yang di eksekusi dengan mempertimbangkan komposisi yang tepat, dapat menjadi pilihan untuk sekedar melengkapi cerita tentang ketangguhan dan kesiagaan prajurit.








Candid dan  closeup, pada saatnya akan mampu menciptakan citarasa dengan sentuhan lebih humanisme pada essay photo yang akan disajikan dalam rangkaian cerita bergambar tentang photo kedigdayaan Tentara Nasional Indonesia 

Dari rangkaian acara yang digelar dalam TEMPO dan MOMEN yang sangat terbatas, tentunya bukan menjadi penghalang bagi fotografer untuk menyajikan sebuah karya foto lengkap (photobook) yang mampu bercerita tentang  kedigdayaan prajurit Indonesia namun menyentuh.

(photobook berisi foto-foto karya r ekotjahjono)

13 Juli 2014

JELAJAHI PANGGUNG PENTAS


setiap penonton yang menyaksikan pentas panggung, mempunyai hak istemewa (privilege) untuk dapat menikmati adegan demi adegan tanpa gangguan dari siapapun ;  menjadikan satu "variabel pembatas (constrain)" bagi setiap aktifitas yang terjadi dalam ruang pentas termasuk "gangguan" dari prilaku fotografer.  Bahkan dalam beberapa pementasan ekslusif, terdapat aturan tegas yang melarang fotografer untuk mengabadikan jalannya pentas.

kegaduhan , nyala flash, maupun lalulalang saat fotografer mencari sudut tembak, adalah bentuk "gangguan" yang biasa ditemukan dalam sebuah aksi pemotretan panggung.  hingga pada suatu kondisi dimana fotografer masih dapat memotret namun dibatasi titik tembaknya (fotografer di tempatkan pada satu sudut tertentu di ruang penonton) , maka sangat dituntut kreatifitas dari sang fotografer untuk mampu melakukan eksekusi foto dengan trik beragam.

(1) memahami secara global jalannya cerita pentas, akan membantu fotografer dalam menentukan moment utama yang harus di eksekusi dari rangkaian cerita panggung (wayang, drama, teater dll). sehingga akan mampu menghasilkan foto yang menjadi  "foto penanda" atau "icon" dari tema yang diangkat dalam keseluruhan cerita



(2) menangkap suasana panggung secara keseluruhan dengan mengandalkan unsur komposisi foto (obyek, warna, suasana dll), adalah satu trik dalam mencipta keragaman hasil pemotretan panggung.




(3) memotret ekspresi pemain dalam sebuah momen/adegan dengan mengandalkan penggunaan lensa panjang, juga pengayaan yang tak kalah pentingnya  ketika menyusun sebuah foto essay panggung.











(4)  menangkap momen menarik dari rangkaian kejadian






(5) memotret momen pencahayaan yang biasanya sangat kental ditampilkan dalam panggung musik 




(6) memotret dalam kecepatan lambat (slowspeed) dalam format art maupun cerita dinamis.






demikian yang bisa saya bagikan berbasis pada pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki.  mudah-mudahan bermanfaat dan setidaknya kita mampu menjalankan kegiatan fotografi asik, tanpa harus semata-mata mengandalkan pada permindahan sudut tembak. atau yang terpenting adalah, kita dapat memenuhi syahwat memotret dengan santun tanpa harus mengganggu kenyamanan orang lain .

koleksi foto r ekotjahjono







2 Juli 2014

JUDUL FOTO


Pada sebuah foto tunggal , judul foto tak ubahnya seperti "ruh" yang ditiupkan dalam sebuah karya foto.  Judul Foto akan membawa pengaruh yang sangat besar, dalam menuntun sebuah imajinasi / presepsi.

Penentuan judul foto yang tepat akan cukup mempengaruhi kekuatan sebuah karya. sebaliknya, foto yang sudah begitu kuat menyajikan sekelumit cerita, akan mampu dimentahkan oleh pengena'an judul yang sembarangan.

IMHO, r ekotjahjono


16 Juni 2014

14 Juni 2014

IMPRESI FOTO

adalah bentuk reaksi / kesan/ tanggapan yang timbul ketika seseorang menyaksikan karya fotografi. Bentuk impresi bisa bermacam-macam, dan sangat ditentukan oleh beberapa hal antara lain ; (1) citarasa / selera , (2) pemahaman terhadap karya seni , dan (3) pemahaman terhadap konten / pesan yang disampaikan lewat foto.


impresi fase satu

adalah reaksi spontan yang diterima ileh indera penglihatan. bentuk impresinya pun sangat sederhana yaitu "bagus atau tidak bagus". pada fase ini biasanya tidak mengakibatkan timbulnya sebuah perdebatan dan bersifat sangat subyektif.


impresi fase kedua


pada fase ini, para penikmat karya foto sudah mulai mencaritahu dengan menduga-duga maupun bertanya tentang karya tersebut.  umumnya bersifat sangat teknis seperti, "foto apa ? dimana lokasi pemotretannya ? bagaimana trik fotografinya ? dan lain sebagainya.

impresi fase ketiga


adalah fase pendalaman sebuah karya fotografi, impresi dilakukan secara mendalam, baik menyangkut teknis, maupun filosofi atau pesan yang disampaikan dalam karya foto tersebut.  foto yang dibuat oleh fotografer yang tidak hanya mendalami masalah teknis fotografi, namun juga memiliki banyak pengalaman maupun kekuatan pengetahuan akan materi yang disajikan dalam karyanya, maka akan mampu memberi kekuatan impresi pada fase ketiga ini.


selamat berkarya dan berbagi





13 Juni 2014


p u l a u   r a m b u t
diseparuh perjalanan


Daratan seluas 45 hektar dengan lebih dari 70 % berupa tutupan hutan mangrove, menyimpan beragam potensi unik bagi keberlangsungan ekosistem lahan basah (wetland), di wilayah Teluk Jakarta – Kabupaten Kepulauan Seribu.  Hingga pada akhirnya ia dikukuhkan sebagai kawasan konservasi ( suaka margasatwa) bagi burung-burung migran (merandai).

Buku setebal 121 halaman ini, dibuat dalam format photobook dengan konsep art photography, yang diharapkan akan mampu menjadi daya tarik bagi siapapun yang menikmatinya.  Kandungan isinya menceritakan sebuah perjalanan dari pelabuhan pesisir jakarta, bermalam di pulau rambut dan kembali kejakarta.


Pada bagian muka, bercerita tentang eksotisme perjalanan melintasi laut dangkal teluk jakarta dan pulau-pulau kecil yang dilaluinya hingga sampai pada sebuah pendaratan di Pulau Rambut.



Bagian selanjutnya bercerita tentang ekosistem mangrove dengan keunikannya, keragaman satwa yang hidup di sekitar sistem perakaran mangrove, yang disajikan dam konsep fotografi lansekap dan fotografi makro.
Disamping itu juga ada beberapa foto yang mengetengahkan keindahan nuansa senja pulau rambut.





Bagian utama ( ± 65 % isi buku ) bercerita tentang kenakaragaman burung-burung air yang terdapat di Pulau Rambut, yang ditemui selama semalam di pulau itu.  Deskripsi pendukung disajikan dengan begitu sederhana, namun cukup memberikan informasi yang berarti.



Hingga pada bagian akhir buku diceritakan tentang berbagai upaya kegiatan konservasi dan sedikit gambaran mengenai lingkungan pesisir jakarta sebagai informasi pembandingnya.





photobook karya r ekotjahjono
pulau rambut Indonesia

12 Juni 2014


RUANG SEMPIT

pada serangkaian foto essay,
trik pemotretan ruang  sempit akan membantu 
memperkuat interpretasi juga impresi.

pada foto-foto tunggal, pemotretan ruang sempit
akan membantu memperkuat imajinasi yang bolehjadi
tidak berhubungan dengan obyek foto sesungguhnya
















foto karya r ekotjahjono

P O T R A I T

potrait membutuhkan kemampuan menangkap lighting ( exposure ) dengan baik,
sehingga dihasilkan impresi yang cukup kuat.

Potrait yang saya buat umumnya di eksekusi secara candid.
cukup ada jarak dan memanfaatkan lensa tele.
satu permasalahan yang sering muncul adalah pada intrerpretasi tangkapan cahaya
yang cenderung merata dan tidak detil.

menyajikan dalam format hitam putih 
yang menterjemahkan detil dengan mengatur rentang shadow dan highlight
adalah salah satu mensiasatan yang cukup efektif
dalam mengangkat kedalaman sebuah foto potrait









foto karya r ekotjahjono